
Di era digital media sosial dapat digunakan sebagai saluran komunikasi politik. Bercermin dari pelaksanaan Pemilu 2024, media sosial dapat menjadi jembatan pesan bagi politisi, lembaga negara, penyelenggara negara, bahkan partai politik dalam melakukan kegiatan kampanyenya.
Hal itu disampaikan oleh Muhammad Raihan Tsany Azzura seorang politikus muda asal Kota Blitar pada Forum Kemisan di Aula Majapahit UNISBA Blitar pada Kamis, (25/07/2024). Menurutnya, di masa mendatang media sosial akan mengalami beragam tantangan terkait kampanye seperti bubble filter dan chambers, dis informasi dan hoax, serta black champaign.
“Tantangan media sosial kedepan untuk kampanye adalah memiliki kemungkinan terjadinya bubble filter dan chambers, dis informasi dan hoax, serta black champaign,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, meningkatnya penetrasi internet dan penggunaan media sosial di Indonesia menjadi ajang pertarungan informasi dan narasi di dunia maya.

Selain menghadirkan Raihan sebagai politikus termuda di DPRD Kota Blitar, Forum Kemisan kali ini juga mendatangkan narasumber Gigih Mardana,S.Sos., M.Si selaku Dosen Ilmu Komunikasi UNISBA Blitar. Ia membawakan materi terkait Clictivism dan Clickbait Medsos dalam Perspektif Komunikasi Politik.
Menurutnya, ada paradigma yang sangat berbeda ketika penetrasi internet sampai pada di ruang-ruang pribadi. Gigih menuturkan, penggunaan teknologi komunikasi informasi baru berperan untuk mendukung politik sosial dan gerakan warga. Ia mengungkapkan, kini masyarakat telah dimudahkan dalam menjalankan komunikasi dengan infrastruktur politik.
“Dulu orang ingin berkomunikasi dengan infrastruktur politik sungguh susahnya minta ampun, sekarang sangat berbalik. Mereka memiliki ruang aspirasi yang sungguh berbeda “infrastruktur dapat dikalahkan oleh suprastruktur”,paparnya.